Nasihat
orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini.
Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya
yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud
karena berjuang yang luar bisa pelajaran
penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah teman atau sahabat saya Fimela
yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk
Pribadimu ini.

Di era modern seperti sekarang ini, pendidikan tidak hanya untuk kaum laki-laki saja. Sejak puluhan tahun yang lalu para pahlawan perempuan telah mati-matian memperjuangkan persamaan hak antara lelaki dan perempuan. Kesetaraan gender juga telah diperjuangkan sedemikian rupa sehingga banyak pula wanita yang memiliki hak yang sama misalnya dalam hal politik dan pemerintahan. Tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi kita karena sudah tidak ada lagi diskriminasi gender.
Seperti
yang ayah saya katakan beberapa tahun yang lalu ketika kelulusan SMP, saya
diwanti-wanti agar tidak dulu memikirkan lelaki dan membuang buang waktu untuk
berpacaran. Sebagai remaja yang sedang pubertas dan memasuki masa remaja, saya
sempat keberatan dengan aturan yang menurut saya mengekang kebebasan saya untuk
jatuh cinta kepada lawan jenis. Tetapi daripada mencari ribut, saya memilih
menurut saja dengan kemauan orang tua waktu itu.
Orang
tua saya juga sering memberi contoh tentang kenakalan remaja serta korban
kekerasan seksual pada anak di bawah umur seperti saya karena berpacaran yang
tidak sehat. Padahal saya sering berpendapat bahwa saya bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak. Tapi tetap saja orang tua saya meragukan saya
karena menganggap saya masih anak kecil.
Sudah
beberapa tahun berlalu masa SMA tidak terasa sudah terlewat dua tahun yang
lalu. Sekarang saya telah berubah status menjadi mahasiswa. Saya merasa
berhasil menjaga diri dan kepercayaan orang tua saya. Sekarang, orang tua saya tidak
terlalu melarang tetapi juga tidak terlalu membebaskan saya untuk berhubungan
dengan lawan jenis. Hal ini sejalan dengan prinsip saya yaitu saya ingin
memiliki pasangan hidup yang berkualitas dan bisa menjadi teman bertukar
pikiran.
Orang
tua saya berpesan berhati-hatilah dalam menjatuhkan hati. Ayah saya pun
mengatakan bahwa jodoh adalah cerminan diri, Kita Bila Ingin Pasanagn Yang Baik
Jadilah Orang Yang Baik maka lelakimu juga
insyaallah akan berkualitas. Dan baik yang dimaksud yaitu dari segi pendidikan
ataupun etika dan tata krama.
Sekarang,
tujuan saya yaitu segera menyelesaikan kuliah saya, mencari kerja, membantu
orang tua, dan menyekolahkan adik saya satu-satunya. Urusan jodoh nomor sekian,
tetapi tidak saya pungkiri bahwa saya juga telah memiliki tambatan hati yang
juga sedang berjuang untuk mimpi-mimpinya. Kami berdua sama-sama sedang
membangun dan meraih cita-cita kami masing-masing serta mendukung satu sama
lain.
Saya
merasa beruntung memiliki orang tua yang peduli dengan masa depan saya, jika
saja waktu itu saya menuruti ego saya untuk hura-hura berpacaran di usia belia,
saya belum tentu bisa sampai di titik ini sekarang. Saya yakin apapun nasihat
orangtua pasti baik untuk anaknya meskipun terkadang maksud baik itu tidak
tersampaikan saat itu juga. Bisa saja kebaikan di dalam nasihat orangtua kita
petik beberapa tahun kemudian, lalu kita bisa bersyukur karena menuruti nasihat
tersebut.
(Sumbernya; https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3898602/jodoh-itu-cerminan-diri-bila-ingin-pasangan-yang-baik-jadilah-baik
)
Sambungan
Aman Gagal
Sambungan
ke www.vidio.com terputus saat laman sedang dimuat.
Halaman
yang ingin dibuka tidak dapat ditampilkan karena keaslian data yang diterima
tidak bisa diverifikasi.
Mohon
hubungi pemilik situs web mengenai masalah ini.
Post a Comment