Namaku Dimas. Aku memiliki seorang kakak
bernama Ira. Biasanya keluarga dan teman-teman memanggilku Dimas. Aku lahir dari keluarga sederhana. Sekilas
orang memandang keluarga kami nampak baik baik serta bahagia. Meski sering
kekurangan, mereka melihat kehidupan kami utuh sempurna.
Pada suatu ketika Ayah Ibu bertengkar hebat.
Membuat diriku serta kakak takut keluar kamar. Kami hanya mampu menangis
mendengarkan pertengkaran dengan nada nada tinggi. Hingga berakhir dengan
kepergian ayah, Ibu membuka pintu kamar kami.
Dimas, Ira. Kemarilah nak. Iya
bu..,,
Dengar nak, ibu juga bapak
memutuskan untuk berpisah. Maka dari itu salah satu dari kalian harus ada yang
ikut bapak serta ikut ibu,
Tapi Dimas. Bapak sama Ibu gak berantem lagi, gak berteriak
kasar, itu membuat dimas sama Kakak
takut.
Dimas, ira belum mengerti apa terjadi diantara kami, tapi
suatu saat nanti saat kalian dewasa kalian akan mengerti Nak,
Ayah kemana bu ?
Ayah kamu pergi nak
Pergi kemana ibu. ?
Mungkin kerumah nenek atau
mencari angin.
Sejak kepergian Ayah saat itu,
tak pernah ku lihat ayah di rumah. Tak tahu ayah kemana. Sejak mereka
memutuskan berpisah, rumah menjadi sepi. Tak pernah ku lihat ibu ceria. Dia
hanya tertawa saat di hadapan kami. Selalu menangis Setiap malam, Sejak ayah
pergi. Kami mulai kelaparan. Lalu ibuku memutuskan untuk merantau ke kota besar
. Rencana ibuku untuk pergi hanya
disampaikan kepada kakak. Karena menurutnya Kakak mulai mengerti dengan keadaan
seperti ini.
Dek,
Iya kak.
Ibu mau pergi kerja, mencari
uang untuk makan kita. Tapi perginya lama, pulangnya kalo udah dapet uang
banyak.
Emang mau pergi kerja kemana,
kota besar” itu mana kak ? jauh gak ?,
kota besar itu jahu dek. Jauh Banget.
Oh trus kita bisa ikut donk ?. enggak dek.Kenapa
enggak bisa kak, kan ibu mau ke kota besar trus
kalo pergi Sendirian, kita sama siapa.Kakak juga gak tau kita nanti sama siapa
? Ibu belum ngomong sama kakak, nanti kita sama siapa dek.Terus kalo pergi. Kita
sekolahnya gimana kaka, Biar nanti kakak nanya sama ibu.
Dimas, Iya bu, Kakak sudah
bilang belum ? Tentang rencana ibu pergi bekerja, mencari uang untuk menyambung
hidup juga pendidikan kalian ?”
Sudah Bu. Trus dimas ngijinin
gak ?.
Enggak Kenapa enggak Kalo pergi trus Kita sama siapa?. Nanti biar
dimas sama nenek dan tante ya, Tapi kami ingin Ikut bu. Ibu kan mau kerja nak.
Mau nyari uang buat kalian. Terus ibu pulangnya kapan ?. Gak lama kok, paling nak Satu minggu. Satu minggu itu berapa hari ?
Lama gak ?. Enggak lama dek, nanti dimas kan ada nenek ada tante, ada kakak,
Pembicaraan sore itu terpotong
oleh kedatangan nenek. Nenekku memang sering datang ke rumah karena jarak rumah
kami dengan nenek tidak terlalu jauh. Entah apa mereka bicarakan, diriku tidak
pernah mengerti. Mungkin karni usiaku masih kecil sehingga apa mereka bicarakan
telingaku hanya mendengar tanpa mengerti maknanya.
Ini adalah hari terakhir ibuku
berada di rumah. Walau telah berkata bahwa diriku tak ingin dirinya pergi,
namun tekatnya telah bulat. Apalah daya kami. Kami hanya dua bocah kecil belum
mengerti apa itu perpisahan. Pagi ini seperti biasa kami bersiap-siap berangkat
sekolah. Ibuku akan pergi nanti sore sepulang kami sekolah, seberangkat kami
mengaji. Namun ternyata semua tak sesuai dengan rencana. Siang itu sepulang
sekolah ku lihat dirinya duduk sendirian di belakang rumah. Sepertinya sedang
menahan sedih serta sakit. Karena sorot matanya terlihat kosong.
baca juga ya di bawah ini;
Ada 6 Manfaat Aqua Untuk Kesehatan Kita Atau Untuk Menjaga Stamina
Dek, Iya Ibu mana ?. Oh ada di belakang rumah kak. Sama siapa. Tadi
sih sendirian.” Memang ada apa kak, Enggak Ada apa-apa, Adek udah makan belum
?. Belum kak. Ibukan enggak masak.
Tiba tiba terdengar Ibuku
memanggil kakak. Kudengar dia meminta dicarikan obat sakit kepala serta sebotol
minuman bersoda. Diriku gak pernah tau itu minuman apa. Hanya kakakku yang tau.
Tapi tiba tiba ibuku memanggilku juga.
Dimas, ya bu, kemari nak, iya
bu.
Dimas sama ira kalian harus akur ya. Sebagai sodara tidak
boleh saling menyakiti. Suta harus jaga adek ira Karena Dimas kan cowok sebagai pengganti ayah, suta harus bisa jaga ira,
harus nurut sama kakak. Ingat, apa saja perintanya itu pasti terbaik buat ira enggak
boleh nakal. Jangan cengeng. Harus jadi anak baik. Karena suatu saat nanti Ira jadi
pengganti ibu. Jadilah saudara yang baik. Jangan suka bertengkar, saling
menyayangi.
Iya bu. Ira akan jaga adek, dimas sayang ibu, sayang ayah juga sayang adek. Pinter
kalo begitu. Ya sudah ibu istirahat dulu. Kalo kalian lapar, mintalah nasi sama
nenek atau tante. Karena hari ini ibu enggak bisa masak. Nanti kalo ada apa-apa
kalian bangunin ya, dan jangan lupa nanti sore harus pergi ke kota besar cari uang untuk kalian Iya bu,, Entah mengapa, perasaan kami
gelisah. Takut seperti akan ada sesuatu akan hilang dari hidup kami. Siangnya
kakak pergi kerumah nenek meminta nasi untuk kami makan, karena dari pagi belum
makan,:
Dek, Iya kak, Adek makan ya, habis makan kita mandi buat
siap - siap untuk pergi ngaji, Iya kak.
Tapi aku mau ibu Juga makan, dia pasti belum makan sama seperti kita. Ya udah
kalo gitu sana adek bangunin ya. Kakak ambil air dulu, Iya kak
Entah apa terjadi pada ibu. Saat
ingin ku bangunkan, ternyata mulutnya penuh busa. Ku kira dia sedang gosok gigi
sambil tidur. Namun saat ku bangunkan tak juga bangun. Bahkan
badannya sedikit kaku. Hatiku sangat takut. Sungguh takut kali. ibu
bangun..,,,, ibu kok gosok gigi sambil tidur. Disini dimas lap ya busanya pake air. ibu, kok diam saja ?
bu Dengar dimaskan ? ibu… ibu kakak sudah mintak nasi dari nenek ayok
kita makan, ibu pasti lapar, bangun donk bu jangan buat. Dimas takut, bu
bangun.,,,,,,
Namun ibuku tak kunjung bangun-
bangun membuatku benar benar takut,
Kakak, kakak sini kak. Tolong kak tolong ibu. Kakak Iya dek sebentar. Memang
ibu kenapa dek ?.
Kakak kesini.,, Iya iya. Ya Allah ibu kenapa dek Aku
enggak tau kak, Adek tunggu disini kakak akan ke rumah nenek Ya, adek jagain
ibu, Iya kak, Ayah datang
Kami berdua benar benar takut.
Rasanya lama sekali menunggu kakak kembali. Tangisku mulai tak terkendalikan.
Diriki enggak tau apa sebenarnya. Lalu kakak datang bersama nenek dan tante
serta beberapa tetangga. Semua cara dilakukan untuk membuatnya bangun. Namun
dirinya tak juga bangun. Akhirnya dia dilarikan ke rumah sakit terdekat. Aku
dan kakak bingung, banyak sekali orang datang termasuk ayah - Ayah memeluk kami berdua. Tangis kami tak
terkendalikan karena kami benar-benar takut. Rencananya ibuku berangkat
ke kota besar namun pada akhir nya dia harus berangkat ke rumah sakit akibat
percobaan bunuh diri.
Ayah terus memeluk kami. Usia
kami yang terbilang masih terlalu kecil untuk dapat mengerti probematika
didalam keluarga saat itu membuat para anak
saudara serta tetangga mengusap rambut kami dan member untuk kami, saat ini aku
tidak tau bagaimana keadaan ibu, apakah baik baik saja atau tidak, yang ku
lihat ibu terbaring belum sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit, aroma obat
yang begitu memusingkan harus aku tahan, ketika ayah mengajak kami melihat keadaan ibu, ayah
hanya diam. Enggan mengatakan apapun kepada kami, tentang kondisi ibu, dan kami
tidak memiliki keberanian untuk bertanya, kami tau dari sorot mata ayah, jika ayah
sangatlah sedih. Malam ini adalah malam kedua kami berada dirumah sakit namun
ibu belum juga sadar – sadar, malam ini ayah kembali dipanggil suster untuk
menemui dokter yang menangani ibu. Aku dan kakak hanya menunggu ayah didalam
ruangan ibu. Karna ayah tak mengizinkan kami ikut. Tak berselang lama ayah
pergi, kini ayah kembali lagi. Ayah menanyakan apa kami lapar, kami menjawab
bahwa iya kami lapar, dan ayah mengajak kami untuk makan di warung depan rumah
sakit.
Kalo dimas maumakan bakso aja
yah, Kok bakso,? Makan nasi ya, Enggak mau yah.
Kalo ira mau makan apa ?. Aku makan apa saja ayah.
Yang penting uang ayah masih cukup buat kita makan besok,
Kulihat ayah menjatuhkan buliran
bening dari mata nya. Tapi ayah tetap
tersenyum diantara kami, Ya sudah kita makan bakso, ikuti apa kata adek, Iya
ayah.
Makan malam itu adalah makan
malam pertama kami bersama ayah, walau kami telah bersama ayah dari kemarin
malam. Namun keadaan kemarin tak memungkinkan kami untuk menikmati makan malam
seperti ini. Didalam suasana makan malam yang singkat ini. Kakak memcoba
bertanya kepada ayah. Tentang apa yang terjadi kepada ibu. Namun ayah hanya
bilang, bahwa ibu baik baik saja. Dan keadaan ibu sudah mulai membaik, nanti
juga ibu akan sadar jika detak jantung ibu telah pulih. Malam ini kami bertiga
bermalam lagi di rumah sakit, kami hanya berharap bahwa ibu akan segera sadar.
Aroma obat membuat kepala pusing kembali aku cium. Bergegasaku berlari
mengambil satu kursi plastik untuk berdiri disamping tempat tidur ibu.
Kulihat wajahnya sudah tak sepucat tadi, hatiku yakin ibu lebih baik dibanding
tadi saat kami tinggal makan malam.
Ku kecup lembut pipi nya, terasa
halus namun dingin. Tak berselang lama ayah memanggilku untuk segera tidur
karena hari sudah malam. Aku dan kakak tidur di atas sofa di sebelah tempat
tidur ibu. Sedang ayah terus merapikan selimut ibu, dan menemani kami tidur,
meskipun aku tau ayah tidak tidur selama dua malam ini. Ayah selalu tersenyum
ketika bersama kami.
Pagi pagi sekali saat aku baru
bangun tidur. Aku terkejut bahagia melihat ibu telah sadar dan duduk diatas
ranjang rumah sakit, buru-buru kubangunkan kakak, karna kakak pasti seneng
lihat ibu sadar. Bahagia rasanya hati kami, aku, kakak, ayah, dan ibu,
sepertinya larut dalam kebahagiaan, disaat ini enggak ada pembicaraan tentang
apa yang dialami ibu. Kami takut dia sakit lagi. Enggak terasa sudah satu pekan
kami berada di rumah sakit, ibu sudah diperbolehkan pulang.
Sudah sebulan berlalu sejak
kejadian percobaan bunuh diri itu terjadi. Ibu lebih banyak diam. Ku kira
kebersamaan kemarin akan berlanjut. Kufikir ayah ibu batal berpisah. Namun
ternyata semuanya salah. Ayah ibu tetap ingin berpisah. Ibu tetap akan
berangkat pergi ke kota besar Sekarang
aku enggak pernah melihat ayah datang menemui kami. Sejak keberangkatan ibu kekota
besar, ayah hanya menitipkan uang untuk kami lewat nenek atau tante bahkan tak
jarang lewat tetangga. Kini tinggal kami berdua didalam gubuk berdinding kayu
berlantai tanah.
Hujan malam ini membuat kami
berdua kedinginan. Walaupun nenek sering menyuruh kami tinggal bersamanya namun
kami menolak. Karena enggak ada yang dapat kami lalukan untuk menciptakan
kehangatan keluarga seperti dulu. Selain aku dan kakak, dulu didalam gubuk ini
ada ibu dan ayah. Namun saat ini hanya tersisa aku dan kakak. Hujan malam ini
membawa tamu ke dalam gubuk kami. Suara ketukan pintu terdengar, kami kira
nenek, ternyata ayah. Iya ayah datang sebagai tamu karna ayah enggan bermalam
dengan kami.
Tangisku dan tangis kakak adalah
tangis kerinduan, kekecewaan kepada ayah. Dia hanya memeluk kami. Dia menanyakan
apakah ibu pernah kembali, bagaimana keadaan kami. Semuanya terasa singkat
malam itu karena ayah kembali pergi dari kami. Dia hanya membawa bekal makanan
untuk kami.
Pagi ini aku tidak masuk
sekolah. Kalau sekolah siapa akan bersih bersih rumah ? jadwal baruku adalah
menggantikan Ibu. Setelah dia ke kota besar kami berdua bagi tugas. Kalau kakak mencari
kayu bakar, maka aku memasak nasi. Soal lauk kami seadanya. Walau kadang pake garam atau trasi bakar. Keadaan yang baru ini
membuat kami jadi anak mandiri. Walaupun nenek sering membelikan kami makan
namun itu tidak setiap hari,
Kakak, Iya dek, Apa kakak akan terus menemani
aku ?. Iya kakak akan terus bersama
adek. Kakak enggak bohong kan, Kenapa adek nanya gitu. ?
Kak, sekarang siapa lagi yang adek punya, ayah
pergi ibu juga pergi. Trus kakak mau pergi juga ?
Apa kalian tidak sayang kepada ku . Apa salah
ku sampai kalian semua meninggal kan aku, Dek, dulu kan ibu bilang ibu pergi
cari uang untuk kita? Trus ayah juga bilang jika ayah akan kembali, Tapi mana,
mereka enggak pernah kembali, dan sekarang kakak juga akan pergi. Adek kata
siapa kalo kakak mau pergi. Kata temen kakak, kata nya kakak akan pergi
ke kota Besar.
Iya dek itu benar, kakak
akan pergi kekota besar, rencana nya kakak akan kerja di konveksi
bersama teman kakak dek.
baca juga ya di bawah ini;
Ada 7 hal malam pertama yang ada di pikirkan mereka
“Kalo kakak pergi terus adek
sama siapa kak, Tangis ku pecah saat
itu, satu kenyataan yang bagi aku berat, di usia ku yang baru 9 tahun, namun
kehancuran keluarga kekecewaan terus aku rasa, Nanti sore kakak akan pergi
mengejar ke Inginan nya, pendidikan yang harus nya dia jalani kini dia tinggalkan,
cita cita seorang anak pelajar yang dulu dia ingin kejar kini dia lupakan,
kakak akan pergi meninggalkan aku seorang diri, tangis ku dari kemarin belum
berhenti. Setiap kali aku melihat kakak, air mata ini terus jatuh, teringat
perkataan ibu, jika kita terus bersama, namun keadaan berkata lain, kakak kini
harus pergi meninggalkan aku sendiri- sering hati ini bertanya apa ya allah membenci
aku sehingga orang orang yang aku sayang pergi meninggal kan aku.
Sore ini aku lihat kakak sibuk
dengan ransel nya, ransel yang telah terisi oleh baju baju nya, sepanjang hari
ini aku tidak pergi main, atau pun makan, aku terus mengikuti aktifitas kakak,
aku berdiri disamping pintu kamar, melihat kakak sibuk dengan semua rencananya,
air mata ku jatuh, ya aku menangis melihat waktu kebersamaan aku dan kakak
tidak lama lagi. Kini kakak siap pergi, pergi membawa luka di hati karna
keluarga yang dulu sempurna kini hancur tidak tau apa sebab nya
Kakak. Yakin mau pergi ?. Air mata ku jatuh.
Iya dek, adek jaga diri baik
baik ya, Adek ikut ya kak, Adek enggak bisa ikut kakak. Kenapa kak. ?
Kakak kan pergi nya jauh, kakak
kan mau kerja dek.
Kenapa semua ny pergi kak.? Kenapa, Tangisan aku enggak terkendalikan, badan ku
lemas, aku duduk di lantai tanah rumah kami, rumah kakak dan aku, tapi kini
rumah ini akan menjadi rumah aku, karna mereka pergi meninggal kan aku.
Nanti kakak cepet pulang kok
dek, Dulu juga ibu bilang begitu Ibu akan cepat pulang, tapi mana.? Sampai sekarang ibu enggak pulang,
Adek harus percaya sama kakak
kalo kakak enggak bohong, karna kakak sayang sama adek,
Adek pengen ikut kak, adek takut
kalo harus sendirian, nanti adek ngaji nya sama siapa.? Adek nanti bobok sama siapa? Nanti yang ngajarin adek belajar siapa kaka.
Nanti adek ikut nenek dan teante
ya, nanti biar tante yang ngajarin adek, yang nemenin adek.
Tapi adek enggak mau kakak, Adek
jangan nangis, kakak pergi dulu ya,
Kakak ikuttt” tangisanku makin
menjadi berteriak memanggil kakakku. Namun langkahnya tak terhenti sedikit pun,
hanya sekali dia menoleh. Kulihat dirinyapun menangis. Kini diriku benar benar
sendiri. Kehangatan keluarga dulu kurasa kini benar benar dingin karena mereka
telah pergi. Air mataku sore ini terasa sia sia. Kutangisi keadaan hingga malam
hari sampai ku tertidur dalam tangisanku. Rasanya rumah ini atau mungkin lebih
tepatnya gubuk ini, terasa sunyi sepi, kosong, enggak ada kasih sayang
tertinggal didalam nya. Hanya kesunyian dan semua kenangan.
baca juga ya di bawah ini;
Kini semua kenangan itu telah
lama berlalu. Diriku telah dewasa. Meski kepahitan mengiringi sepanjang
hidupku, diriku tetap menyayangi orang tuaku. Bagiku derita serta air mata
bahagia adalah Allah yang mengaturnya. Kita hanya bisa berdoa memohon kepadanya.
Ini merupakan kisah hidup nyata kualami yang sejak dulu ingin kungkapkan tapi
tak ada tempat bagiku untuk bercerita. Hanya disinilah kucoba tuliskan, semoga
tidak ada anak sepertiku mengalami penderitaan sama seperti diriku.
Nah itu lah sedikit cerita sedih aku di dalam mimipi
aku, munkin ada banyak salah kata saya mohon mahap pada anda yang membaca.
Memeng hidup itu penuh rintangan namun kita jangan pernah pantang menyerah. Dan
jangan lupa berdoa ke pada Allah, Terima kasih sudah di baca cerita sedih saya.
Post a Comment